Hujan deras mengguyur langit SMA 3 Salatiga sejak azan lohor berkumandang siang itu, Kamis, 25 November 2021. Pohon-pohon dan rerumputan menggigil dingin dalam diam. Di dalam Ruang Guru, irama petikan gitar dari guru seni musik mengiringi nyanyian pop jawa yang dilantunkan beberapa guru.
Mereka duduk berderet di sofa panjang bagian belakang kantor bercat hijau itu. Agaknya lagu-lagu yang dibawakan itu mampu menghantarkan kehangatan para guru dan karyawan yang sudah siap sedia mengikuti acara tasyakuran dalam rangka Hari Guru Nasional dan Korpri.
Nasi tumpeng kuning beserta pernak-perniknya sudah tertata rapi di meja depan, tempat pimpinan sekolah biasa memberikan pengarahan. Begitupun dengan nasi, sayur, dan aneka lauk pelengkap berbaris rapi di meja panjang yang difungsikan sebagai meja prasmanan siang itu.
Plt Kepala Sekolah memasuki ruangan. Suara gitar dan nyanyian itu pun berhenti. Tampak hadir dalam tasyakuran itu Ketua PGRI unit SMA 3 Supriyatin Widodo, M.Pd. dan Ketua Korpri Drs. H. Takarina. Tak lama kemudian, Amelia Handayani Widiasih S.Pd., M.Si, yang bertindak sebagai pembawa acara membuka dan memimpin jalannya acara.
Plt. Kepala SMA 3 Drs. Suyitno, M.Pd. pun memberikan sambutannya dan berpesan kepada para guru SMA 3. Pesan yang disampaikan dihubungkan dengan peran guru di abad 21. Katanya, dengan melihat usia PGRI yang sudah lebih dari cukup, yakni 76, sudah semestinya para guru, baik yang berstatus PNS maupun bukan PSN, untuk dapat lebih mendidik siswanya.
“Karena itu, peran guru di era abad 21 sebagai pendidik bisa lebih mengena pada anak-anak yang disebut sebagai anak-anak milenial,” tegasnya.
Dijelaskannya bahwa secara teori, kekinian anak-anak lebih mudah mencari materi pelajaran dari internet. Tapi dalam keseharian, tradisi-tradisi yang berisikan karakter baik mulai luntur. Oleh karenanya, dalam kesehariannya, diharapkan siswa dapat meroleh nilai-nilai kependidikan yang saat ini mulai pudar.
Di akhir sambutannya, Plt. Kepala SMA 3 mengajak para guru untuk menggalakkan kembali nilai-nilai karakter kepada anak-anak milenial. Itu karena guru berfungsi tidak semata-mata sebagai pengajar yang memberikan teori, namun yang lebih penting adalah guru berfungsi sebagai pendidik yang dapat menanamkan karakter.
Kegiatan tasyakuran diakhiri dengan makan bersama dan ramah tamah yang sebelumnya didahului pemotongan tumpeng yang kali ini diberikan kepada Dra. Sri Mekar Widiastuti.
“Saya akan memberikan tumpeng ini kepada guru senior yang sebentar lagi akan memasuki masa purna,” kata Drs. Suyitno seraya memanggil Dra. Sri Mekar.
0 Komentar