Smantisa Coding Club Mengembangkan Website Pemilihan Jurusan

Tidak mudah patah arang. Ungkapan inilah yang pas untuk menggambarkan kegigihan siswa-siswa SMA Negeri 3 Salatiga yang tergabung dalam Smantisa Coding Club, sebuah wahana bagi para siswa yang senang pemprograman perangkat komputer. Bagaimana tidak, materi algoritma yang awalnya diikutkan dalam ajang Lomba Karya Ilmiah tapi ternyata kalah, akhirnya dikembangkan menjadi website untuk membantu siswa kelas X dalam memilih jurusan atau rumpun mata pelajaran di kelas XI. 

“Karya ilmiah kami awalnya kan algoritma yang termasuk bidang matematika. Karena dalam pemrograman juga ada algoritma, yaitu coding-coding, akhirnya kami kembangkan untuk membuat website pemilihan kelas ini,” tutur Sarah Harstanti mewakili kelompoknya. 

Smantisa Coding Club saat ini beranggotakan 6 orang, yaitu Hasna N.A. (XI-3), Mikhael Ega (XI-7), Sarah (XI-3) Adya Cantika (XI-8), Ayesha (XI-2), dan Alvaro Tristan (X-2). Mereka aktif berkegiatan di bawah bimbingan guru TIK Clara Shinta Eprilia, S.Pd.Kom.

Hasil kerja keras mereka awalnya berbasis google formulir. Kemudian dikembangkan lagi menjadi 12 kelas sesuai jumlah rombel di kelas XI dengan jumlah rumpun mapel sebanyak 11 rumpun pilihan. 

“Untuk kelas KKO karena memang tersendiri, jadi kami buatkan hanya untuk kelas KKO,” lanjut Sarah.

Masing-masing (rumpun) kelas disertai prospek program studi di perguruan tinggi. Hal ini dapat membatu para siswa dalam menentukan pilihan kelasnya jika ke depan hendak melanjutkan kuliah. Setelah melihat prospek dan tentu saja dengan memperhatikan pertimbangan atau persetujuan orang tua, siswa dapat menjatuhkan pilihan kelasnya. 

Zaskia, misalnya. Dara yang tahun kemarin duduk di kelas X-2 mengaku sangat terbantu dengan website yang dikembangkan oleh Smantisa Coding Club ini.

“Saya sejak dulu pingin masuk (kuliah) di dunia kesehatan. Setelah melihat website ini, saya jadi tahu, oh saya harus pilih kelas ini,” katanya.

Ketika ditanya apakah pilihan kelasnya sudah mendapat persetujuan orang tuanya? Zaskia mengaku orang tuanya sudah menyetujui pilihan kelasnya. 

Cara Kerja

Siswa kelas X harus mengunjungi situs: https://smantisacodingclub.github.io/pemilihankelas2024/ terlebih dahulu. Setelah melihat kelas dan prospek program studi, dia bisa menentukan pilihannya mengklik pilihan kelas di bilah bawah. Kemudian dia harus mengisi data diri dan pilihan kelas utama dan kelas cadangan dalam bentuk formulir. Dari sinilah nanti pihak sekolah dapat mengolah dan mengelompokkan siswa kelas XI berdasarkan pilihannya. 

Lalu bagaimana jika sebuah kelas melebihi kapasitas pemilih?

Staf kurikulum Agung Fitriantoro, S.Pd. yang menyertai Smantisa Coding Club menjelaskan, pihaknya akan menyaringnya berdasarkan nilai. 

“Kalau peminatnya banyak, kami tetap akan menyeleksinya berdasarkan nilai,” kata Agung yang juga Guru Penggerak SMAN 3 Salatiga itu. 

Diakui Agng, website yang dikembangkan oleh Smantisa Coding Club ini sangat membantu pihaknya. 

“Kemari ada 40 anak yang komplain karena kelas yang diperolehnya tidak sesuai pilihannya. Kalau tahun lalu, saat masih pakai formulir biasa, lebih dari 100 anak yang komplain.”

Agung pun menyarankan agar ke depan di website pilihan kelas itu juga disertai tombol agar siswa atau pihak sekolah dapat mudah mencetak (mengeprint) per siswa.

Ketika ditanyakan mengapa terjadi komplain bukankah di awal sudah ditekankan agar siswa memilih sesuai minat dan persetujuan orang tuanya? Agung mengatakan bahwa siswa tiba-tiba berubah pilihannya padahal sudah memilih. 

“Ini yang mungkin perlu diantisipasi karena tiba-tiba di tengah jalan, ia berubah pilihan.”

Sarah sendiri mengakui kalau dirinya dan anggota kelompoknya menemui kendala dalam mengolah data yang sudah diinputkan para siswa kelas X. 

“Kami mendapati ada beberapa yang memilih dobel kelas,” katanya.

Lantas, apa rencana ke depan para anggota Smantisa Coding Club ini?

Mikhael Ega yang menjadi salah satu peng-coding menuturkan, bahwa ke depan pihaknya mempunya dua agenda, yaitu competitive programming dan website development. Competitive programming lebih pada kerja algoritma pemrograman, sedangkan website development pada cara pembuatan web.

Ya, semoga usaha yang dikembangkan oleh anak-anak yang bertalenta dalam dunia coding ini dapat membawa kemajuan SMA Negeri 3 Salatiga.

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar