Menyandingkan Kebugaran dan Kebhinekaan di SMA Negeri 3 Salatiga

Dapatkah kebugaran dan kebhinekaan disandingkan? Bisa. Itu di SMA Negeri 3 Salatiga. Tepatnya Selasa, 13 Agustus 2024. Tempatnya di Aula. Kebhinekaan di dalam Aula, sementara kebugaran di teras timur Aula. Bisa berdampingan. Tidak saling terganggu.

Bagaimana bisa? Ternyata, dua kegiatan itu bisa dikoneksikan. Padahal sudah beda tema. Juga tujuan. Kebugaran yang berupa tes kebugaran untuk mendukung SMA 3 sebagai sekolah sehat. Kebhinekaan yang berupa pameran budaya Jepang merupakan rangkaian Gelar Karya P5 Tema Bhineka Tunggal Ika. 

Pameran atau festival budaya Jepang ini disebut juga Bunkasai Hanabi Matsuri. Pembimbingnya Saeful Barnawi, S.Pd. Dia guru Bahasa Jepang. Budaya yang ditampilkan berupa pakaian yang digunakan masyarakat Jepang. 

Pakaian itu meliputi pakaian pelayan, kepanitiaan, dan kimono atau festival. Sebagian besar disediakan guru pembimbing, sebagian lagi pinjam dari UKSW, kata seorang siswa penjaga stand menjelaskan. Dia membawa pedang samurai dari kayu alias bokken. Katana bokken atau pedang samurai dari kayu ini, jelasnya, untuk berlatih agar terampil menggunakan samurai sungguhan. 

Ada juga stand origami, seni melipat kertas khas Jepang. Pengunjung dapat berkreasi juga. Sudah disediakan kertas lipat. Gratis. 

Selain itu, ada juga stand seni kaligrafi khas Jepang. Praktik menulis huruf Kanji. Pengunjung akan diajari cara menulis namanya dengan aksara Jepang itu. Keren memang.

Di masing-masing stand dipisahkan dengan sekat dari triplek. Triplek itu ditempeli beraneka grafiti yang bertema antibullying atau antiperundungan. Warna-warni.

Pengunjung dari masing-masing kelas tampak antusias. Mereka dijadwal berkunjungnya. Agar Aula tidak penuh. Juga tidak terlalu mengganggu kegiatan kelas. Begitu antisipasinya. 

Bunkasai Hanabi Matsuri ini pun berakhir pukul 2 siang. Mulainya jam 8 pagi. Cukup melelahkan. Tapi banyak pelajaran yang bisa didapatkan.

Sementara tes kebugaran melibatkan 40 siswa. Diambil acak. 20 siswa putra, 20 siswa putri. Kegiatan ini didampingi oleh Arief Prihastono, S.Pd., guru Olahraga dan Puput Winarni, S.Pd., guru BK dan pembina UKS. 

Para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Mereka lalu harus lari bolak-balik sejauh 20 meter sesuai aba-aba. Aba-abanya sudah paten. Sudah terstandar. Standar internasional. Diperdengarkan dengan pengeras suara. 

Tes kebugaran dengan lari-lari ini dikenal dengan istilah lari multistage. Ada juga yang menyebut beep test karena setiap kali terdengar bunyi “beep” peserta harus lari. Dimulai dari tanda dimulai hingga tanda di ujung. Bolak-balik sesuai levelnya. 

Aba-abanya berlevel. Larinya juga berlevel. Tiap level harus ditempuh beberapa putaran. Makin tinggi levelnya, makin cepat iramanya. Harus makin cepat larinya. Sampai di level mana seorang peserta berhenti, akan dicatat. Ini untuk mengkur tingkat kebugarannya. Benar-benar butuh stamina prima.

Nyatalah, kebugaran dan semangat kebhinekaan bisa dipupuk bersama.

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar