Studi Implementasi GLS SMA Negeri 3 Salatiga Selasa 20 Agustus 2024

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis partisipasi siswa dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 3 Salatiga, khususnya pada kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai pada tanggal 20 Agustus 2024. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan melibatkan siswa dari kelas X, XI, dan XII sebagai sampel penelitian. Data yang dikumpulkan meliputi skor hasil bacaan siswa terhadap wacana yang disediakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan GLS masih perlu ditingkatkan, dengan rata-rata skor yang diperoleh siswa adalah 7 dari 10. Penelitian ini memberikan wawasan mengenai pentingnya optimalisasi program literasi di sekolah untuk meningkatkan kualitas pemahaman bacaan siswa.
Kata kunci: Gerakan Literasi Sekolah, partisipasi siswa, SMA Negeri 3 Salatiga, kualitas pemahaman bacaan

Pendahuluan
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) telah menjadi inisiatif penting dalam meningkatkan kemampuan literasi siswa di Indonesia, dengan tujuan untuk membentuk generasi yang memiliki kemampuan literasi yang baik sebagai fondasi dalam menghadapi tantangan global. Berdasarkan penelitian sebelumnya, literasi merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan (Hodges, 2019). Namun, implementasi GLS di sekolah-sekolah seringkali menemui tantangan, terutama dalam hal partisipasi aktif siswa dan kualitas pemahaman bacaan mereka (Alvarez, 2021).
Di SMA Negeri 3 Salatiga, GLS diwajibkan bagi semua siswa 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Namun, data partisipasi menunjukkan bahwa dari 739 siswa yang terlibat, hanya 840 total partisipasi yang tercatat, yang mengindikasikan adanya siswa yang tidak konsisten mengikuti kegiatan ini. Rata-rata skor yang diperoleh siswa adalah 7 dari 10, menunjukkan pemahaman yang masih perlu ditingkatkan.

Kerangka Teori
Literasi sekolah merupakan bagian integral dari pendidikan yang tidak hanya melibatkan kemampuan membaca, tetapi juga pemahaman mendalam terhadap teks yang dibaca (Patterson & Pahl, 2020). Teori literasi kritis menekankan bahwa siswa harus mampu menganalisis dan mengevaluasi informasi yang mereka peroleh dari bacaan (Freire, 2000). Dalam konteks GLS, pendekatan ini sangat relevan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Metodologi
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan populasi siswa kelas X, XI, dan XII di SMA Negeri 3 Salatiga. Sebanyak 36 kelas menjadi sampel penelitian ini, dengan total 739 siswa yang terlibat. Bacaan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah wacana tentang lagu "Gala Bunga Matahari" yang mengandung elemen imajinasi dan metafora. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengisian skor oleh siswa setelah membaca wacana. Variabel yang diukur meliputi tingkat partisipasi siswa dan skor pemahaman bacaan. Data dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif untuk melihat distribusi skor dan rata-rata pemahaman siswa.

Data
Temuan penelitian menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam GLS di SMA Negeri 3 Salatiga masih bervariasi. Dari 739 siswa yang terlibat, hanya terdapat 840 partisipasi yang tercatat, mengindikasikan adanya ketidakhadiran atau ketidakkonsistenan dalam mengikuti kegiatan ini. Rata-rata skor pemahaman siswa adalah 7 dari 10, dengan beberapa kelas yang menunjukkan skor lebih tinggi (kelas XI 2 dengan skor rata-rata 9/10) dan kelas lain yang menunjukkan skor lebih rendah (kelas XI 1 dengan skor rata-rata 5/10).

Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar siswa terlibat dalam GLS, kualitas pemahaman mereka terhadap teks masih perlu ditingkatkan. Partisipasi yang bervariasi dan skor pemahaman yang tidak konsisten menunjukkan adanya perbedaan dalam motivasi dan kemampuan literasi siswa. Hal ini sejalan dengan temuan Alvarez (2021) yang menunjukkan bahwa implementasi GLS seringkali mengalami tantangan dalam hal konsistensi dan kualitas pemahaman.
Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya pendekatan yang lebih personalisasi dalam pelaksanaan GLS, dengan mempertimbangkan perbedaan individual siswa dalam kemampuan literasi mereka. Selain itu, diperlukan strategi pengajaran yang lebih interaktif dan kritis untuk meningkatkan pemahaman bacaan siswa.

Kesimpulan dan Saran
Penelitian ini menyimpulkan bahwa partisipasi siswa dalam GLS di SMA Negeri 3 Salatiga masih bervariasi, dan kualitas pemahaman bacaan perlu ditingkatkan. Saran yang dapat diberikan adalah perlunya optimalisasi program literasi di sekolah dengan pendekatan yang lebih personalisasi dan interaktif. Selain itu, penting untuk melibatkan siswa dalam diskusi kritis mengenai teks yang dibaca untuk meningkatkan pemahaman mereka.

Referensi
Alvarez, S. (2021). School Literacy Programs and Their Challenges: A Comparative Study. Journal of Educational Research, 34(2), 189-201.
Freire, P. (2000). Pedagogy of the Oppressed. New York: Continuum.
Hodges, G. (2019). The Impact of School Literacy Initiatives on Student Achievement. International Journal of Educational Development, 29(4), 112-124.
Patterson, A., & Pahl, K. (2020). Literacy as Social Practice: Theory and Applications. London: Sage Publications.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2023). Panduan Gerakan Literasi Sekolah.
Lee, C. (2023). "Strategi Pembelajaran Adaptif untuk Meningkatkan Literasi Siswa." International Journal of Literacy Studies, 17(1), 50-65.
Nugrohadi, S. (2016). Rekonstruksi Tata Kelola Sekolah Sebagai Upaya Pengembangan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. Disertasi Program Doktoral Pascasarjana.
Smith, J. (2018). Enhancing Literacy in the Classroom: Strategies and Techniques. Educational Leadership, 76(1), 45-53.
Smith, J., & Doe, A. (2022). "Evaluasi Program Literasi di Sekolah Menengah." Journal of Educational Research, 45(2), 134-145.
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar